Deretan Universitas Terbaru dan Terbaik di Dunia

Universitas Saburai Lampung Gelar Sosialisasi pencegahan dan penanganan Asusila

Universitas Saburai Lampung Gelar Sosialisasi pencegahan dan penanganan Asusila

Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai (Saburai) menggelar sosialisasi pencegahan dan penanganan Asusila bagi Dosen dan Tenaga Kependidikan di Universitas Saburai, acara tersebut diadakan di Gedung Graha Saburai lantai 2, Senin (17/6/2023). Kegiatan sosialisasi diakses secara formal oleh ketua LPPM Universitas Saburai Novalia, menjelaskan bahwa lewat sosialisasi ini sebagai upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. “Kami amat berharap, ke depan Universitas Saburai mampu jadi zero accident atau zero toleransi berasal dari masalah pelecehan seksual dan sekaligus jadi rumah yang nyaman bagi penghuninya. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh tiga narasumber, Prof.DR. Nikmah Rosidah,SH.,MH, beliau memaparkan materi perihal Kebijakan Kemendikbudristek dalam Upaya Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan.

“Strategi pengawasan yang dijalankan oleh Inspektorat Jenderal dalam penanganan kekerasan dalam dunia pendidikan berbentuk pemantauan ke lapangan, dialog pengawasan, audit investigasi, dan pendampingan korban,” TERANG Prof.Nikmah. Selanjutnya narasumber ke-2 Rini Fathonah, SH.,MH, mengimbuhkan materi perihal Implementasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Universitas Saburai. “Jangan takut melapor misalnya teman-teman menyaksikan kekerasan seksual di kampus. Karena kalau kita diam saja, mirip saja kita mendukung adanya hal tu. Mudah-mudahan selepas kesibukan ini kita mampu maju dan jadi perumpamaan dalam pencegahan kekerasan seksual di Perguruan Tinggi (PT),” terang Rini. Terakhir narasumber ketiga Prof.DR. Maroni,SH.,M.Hum menyampaikan materi perihal Membangun Ekosistem Kampus yang Aman dan Nyaman berasal dari Kekerasan Seksual. “Oleh karenanya, sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di universitas jadi amat mutlak untuk tetap diselenggarakan,” pungkasnya.

Kementerian LHK Paparkan Strategi FOLU Net Sink 2030 di Universitas Sumatera Utara

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjelaskan upaya-upaya yang tengah dijalankan Indonesia dalam menahan perubahan iklim dan kenaikan suhu world agar tidak lebih berasal dari 1,5 derajat Celcius. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian LHK, Ruandha A Sugardiman mengatakan, salah satu sektor utama dalam pengendalian perubahan iklim adalah dengan memelihara kawasan hutan dan lahan. “Sektor kehutanan punyai peran paling penting dalam mengendalikan perubahan iklim global,” kata dia dalam kesibukan Loka Karya Nasional yang digelar di Universitas Sumatera Utara, Medan, Jumat (16/6/2023).

Loka Karya tersebut digelar Kementerian LHK bekerja mirip dengan Forum Pimpinan Lembaga Pendidikan Tinggi Kehutanan (FOReTIKA) dengan tema Implementasi Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Guna Mencapai Indonesia’s FOLU Net Sink 2030. Ruandha A Sugardiman jadi pembicara di hadapan 500 peserta mahasiswa, sekaligus mewakili Menteri LHK, Siti Nurbaya untuk membuka acara itu secara resmi. Dalam pemaparannya, Ruandha menjelaskan perihal efek tidak baik perubahan iklim global. “Mencairnya gunung es di kutub bumi akibat naiknya temperatur suhu bumi yang mampu menyebabkan kenaikan muka air laut, kemudian mengarah kepada abrasi pantai-pantai di Indonesia,” katanya.

Karena itu, Indonesia berkomitmen ikut dan juga menahan kenaikan suhu world agar tak menggapai lebih berasal dari 1,5 derajat Celcius. Komitmen Indonesia yang tertuang dalam Nationally Determined Contributions (NDC) menyebutkan, sektor kehutanan punyai takaran terbesar dalam mengendalikan perubahan iklim global, yakni sebesar 17,4 persen. Persentase tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, layaknya sektor Energi 12,5 persen, Industri 0,2 persen, Pertanian 0,3 persen, dan Limbah 1,4 persen. Ruandha menerangkan, hutan Indonesia dengan pepohonan didalamnya, mampu menyerap sumber utama emisi yakni CO2 dan mengubahnya jadi O2. “Dengan mesin alami berbentuk hutan kita yang ciptaan Allah SWT, mampu mengkonversi CO2 jadi O2 dan menaruh karbonnya di dalam batang pohon. rimba kita merupakan kapabilitas dan kapabilitas Indonesia dalam menyerap emisi dan jadi paru-paru dunia, ” terang Ruandha.

Selanjutnya, aspirasi dan kemauan baik untuk menaikkan ambisi penurunan emisi lewat Strategi Jangka Panjang Pembangunan Rendah Karbon Berketahanan Iklim (Long Term Strategy Low Carbon plus Climate Resilience 2050 atau LTS-LCCR 2050), di mana sektor kehutanan dan lahan (FOLU) bakal menggapai net sink pada th. 2030 dan selanjutnya sektor FOLU terhitung bakal berfungsi sebagai penyerap karbon sektor lain. Ruanda menjelaskan, FOLU (Forest plus Other Land Uses) Net Sink 2030 adalah menaikkan serapan emisi gas rumah kaca (GRK) lewat sektor kehutanan dan lahan. Indonesia sendiri diproyeksikan bakal menggapai FOLU Net Sink pada th. 2030 mendatang. Untuk informasi lebih lengkap anda bisa clik here.

Exit mobile version